Makkah
Mukarromah merupakan tanah suci bagi ummat Islam, di kota inilah Nabi Muhammad
saw dilahirkan. Di dalam kota Makkah ini terdapat kiblat kaum musimin yaitu
ka’bah, masjidil haram. Di kota ini pulalah kaum muslimin menunaikan ibadah
haji yang termasuk rukun Islam ke 5.
Kota Mekkah terletak sekitar 600 km sebelah selatan
kota Madinah, kurang lebih 200 km sebelah
timur laut kota Jeddah. Kota ini merupakan lembah sempit yang
dikelilingi gunung gunung dengan bangunan Ka'bah sebagai pusatnya 21°25′24″N 39°49′24″E. Dengan demikian, pada masa dahulu kota ini rawan
banjir bila di musim hujan sebelum akhirnya pemerintah Arab Saudi memperbaiki
kota ini dan merenovasi kota ini. Seperti pada umumnya kota kota di wilayah
Arab Saudi, kota ini beriklim gurun.
Perkembangan
kota Mekkah tidak terlepas dari keberadaan Nabi Ismail dan Hajar sebagai penduduk pertama kota ini yang
ditempatkan oleh Nabi Ibrahim atas perintah Allah. Pada
perkembangannya muncul orang orang Jurhum yang akhirnya tinggal di sana. Pada
masa berikutnya kota ini dipimpin oleh Quraisy yang
merupakan kabilah atau suku yang utama di Jazirah Arab
karena memiliki hak pemeliharaan terhadap Ka'bah. Suku ini terkenal dalam
bidang perdagangan bahkan pada masa itu aktivitas dagang mereka dikenal hingga Damaskus, Palestina dan Afrika. Tokoh sebagai kepala kabilah Quraisy adalah
Qussai yang dilanjutkan oleh Abdul Muthalib.
Pada
tahun 571, Nabi
Muhammad keturunan langsung dari Nabi Ismail serta Qussai, lahir di kota ini
dan tumbuh dewasa. Pertama kali menerima wahyu dari Allah namun ajarannya
ditolak kaumnya yang saat itu masih berada dalam kegelapan pemikiran
(Jahilliyah) sehingga berpindah ke Madinah. Setelah Madinah berkembang,
akhirnya nabi Muhammad kembali ke Mekkah dalam misi membebaskan kota Mekkah
tanpa pertumpahan darah yang dikenal dengan (Fathul Makkah).
Pada
masa selanjutnya Mekkah berada di bawah administrasi Khulafaur Rasyidin yang berpusat di Madinah, serta para Khalifah yang
saat itu berkuasa di Damaskus (Dinasti Ummayyah),Bagdad (Dinasti Abbasiyah) dan Turki (Usmaniyah).
Kemudian setelah hancurnya sistem kekhalifahan, kota ini disatukan di bawah
pemerintahan Arab Saudi oleh Abdul Aziz bin Saud yang kemudian menjadi pelayan bagi kedua kota
suci Islam, Mekkah
dan Madinah.
Selain
sebagai tanah suci, Makkah Mukarromah juga sebagai pusat pendidikan agama Islam
selain Madinah. Banyak para pelajar dari berbagai penjuru dunia, berlomba-lomba
untuk menuntut ilmu di tanah suci ini. Kita mengetahui bersama, sejak dahulu
kota Makkah menelurkan banyak para ulama-ulama terkemuka di dunia.
Pelajar-pelajar
dari Indonesia pun banyak yang menuntut ilmu di berbagai ma’had dan universitas
di kota Makkah, selain itu ada juga yang talaqqi dengan para masyayikh Makkah
Mukarromah. Ulama-ulama semacam KH Ahmad Dahlan (pendiri Muhammadiyah), KH
Hasyim Asy’ari (pendiri NU), TGKH Zainuddin Abdul Madjid (pendiri Nahdatul
Wathan), Syekh Yasin Padang, TGH Zainuddin Arsyad (pendiri Maraqitta’limat NTB)
dan lain-lain merupakan lulusan madrasah-madrasah di tanah suci Makkah
Mukarromah.
Saat ini
di kota Makkah Mukarromah, ada beberapa tempat menimba ilmu yang diminati oleh
para pelajar dari Indonesia, di antaranya :
1. Universitas
Ummul Quro
2. Madrasah
Ash-shoulatiyah
3. Ma’had
harom al-Makkiy
4. Ma’had
Darul hadits Al-khoiriyah
5. Darul
Arqom li tahfidzil Qur’an
Di
antara madrasah dan ma’had tempat menimba ilmu tersebut, madrasah tertua hingga
saat ini adalah Madrasah Ash-shoulatiyah. Madrasah Shoulatiyah pertama kali
didirikan oleh Syekh Salim Rahmatulloh yang sampai saat ini dipimpin oleh
keturunan anak cucu beliau yaitu Syekh Majid Said Rahmatullloh. Murid-murid
madrasah ini berasal dari berbagai Negara, diantaranya berasal dari Indonesia,
Pakistan, India, Yaman, Oman dan lain-lain. Pengajar-pengajarnya pun demikian,
beberapa pengajarnya berasal dari Pakistan, Yaman, Indonesia, dan India. Di
antara pengajar madrasah tersebut yang dikenal di Indonesia adalah Syekh Majid
Rahmatulloh, Syekh Sayyid Ayyub Abkar, Syekh Hasan Masysyath, dan Syekh Sayyid
Muhammad. Dahulu, madrasah ini bertempat di daerah Shubaikah, hanya beberapa
ratus meter dari masjidi haram, namun karena adanya proyek perluasan Raja
Abdulloh untuk masjidil haram, maka madrasah ini dipindahkan ke daerah Ka’kiyah,
kurang lebih 6 km dari masjidil haram. Ash-shoulatiyah menyediakan program
pendidikan dari madrasah ibtidaiyah hingga aliyah dengan spesialisasi empat
madzhab. Lulusan madrasah ini khususnya yang berasal dari Indonesia sudah
banyak yang memiiki peranan penting di tanah air, sebut saja TGKH Zainuddin
Abdul Madjid, yang merupakan pendiri Nahdlatul Wathan (organisasi massa
terbesar di NTB). Sampai saat ini pelajar dari Indonesia banyak yang
berdatangan untuk menimba ilmu di madrasah tertua ini.
Pada setiap pintu utama Masjidilharam, seperti;
Abdul Aziz, Malik Fahad, Babu al-Salam, Bab al-Fattah, Bab al-Umrah. Di
pelataran Masjidilharam, seperti; lurusnya Hijir Ismail, Rukun Yamani, biasanya
menjadi tempat halakoh (pengajian rutin) setiap lepas sholat
magrib dan subuh. Jadi, hampir semua kegiatan pengajian di Masjidilharam terus
menerus. Pada abad 16-17 hingga abad 20-an, masih banyak ulama keturunan
Indonesua yang mengajar di Masjidilharam. Tetapi, saat ini sudah langka.
Kendati keturunan Indonesia sudah langka, tetapi kegiatan melestarikan
al-Qur’an dan sunnah Nabi Saw melalui pengajian-pengajian masih berjalan dengan
baik dan lancar. Ini juga menjadi bukti nyata, bahwa Makkah menjadi pusat
kajian ilmu agama dari masa kemasa.
Di
masjidil haram terdapat juga model pendidikan berbentuk halaqoh atau pengajian-pengajian,
dimana semua santri mengelilingi gurunya. Masing-masing santri mendengarkan apa
yang disampaikan oleh sang Guru (Syeh). Adapapun materinya, seperti;
tafsir, hadis (bukhori, muslim, sunan tirmidzi), fikih usul fikih. Sebagian
santri membawa kitab, dan sebagian lagi hanya pendengar setia. Biasanya,
santri-santri yang belajar pada masayih di Masjidilharam berasal dari berbagai
Negara, seperti; Indonesia, Malaysia, India, Pakistan, Afrika, dan sebagian
lagi daratan Jazirah Arabiyah.
Pengajian model halakoh ini biasanya dilakukan setelah sholat
Magrib, Ashar, dan Subuh. Sebagian ulama-ulama Indonesia yang terkenal dan
besar di tanah suci melakukan cara seperti ini. Imam Nawawi al-Bantani, Syeh
Muhammad Mahfud al-Turmusi, Syeh Muhammad Yasin Al-Fadani, Syeh Abdul Karim
al-Banjari, Syeh Abdul Qodir Al-Mandili. Kendati mereka belajar dengan cara
klasik, mereka juga belajar model pendidikan clasikal (Formal Education). Beberapa
halakoh yang masih berlangsung saat ialah, Halakoh yang di asuh langsung oleh
Syeh Makky Al-Bakistani (di belakang Hijir Ismail). Setiap lepas sholat subuh, beliau
mengajarkan dan menularkan ilmunya kepada santri-santr hingga waktu dhuha.
Semua mengjarkan ilmu-ilmu agama, sebagaimana yang dilakukan pendahulunya.
Kemudian halaqoh yang diasuh oleh Syekh Abdurrahman ‘Ajlan yang mengajarkan
kitab Subulus Salam, Lum’atul I’tiqod, Faroidh, Tafsir Ibnu Katsir, Zaadul Ma’ad,
dan Kitab Fiqh Imam Ahmad bin Hanbal. Ada pula halaqoh yang diasuh oleh Syekh
Washiyulloh Abbas Pakistani yang mengajarkan kitab Sunan Abu Dawud, dan masih
banyak lagi masyayikh yang lain.
Perlu
juga diketahui, bahwa tidak semua madrasah ataupun ma’had di tanah suci Makkah
ini menyediakan visa pelajar bagi yang ingin menuntut ilmu. Ada beberapa ma’had
yang tidak menyediakan visa pelajar di antaranya Madrasah Shoulatiyah, Ma’had
Harom Al-Makky, Darul Arqom. Sehingga bagi mereka yang ingin menuntut ilmu di madrasah
tersebut, mereka harus menggunakan visa work (visa kerja).
Banyak
sekali, mereka merindukan menuntut ilmu di tanah suci. Pekerja di Mekkah pun
banyak yang memanfaatkan waktu luangnya untuk menuntut ilmu di masjidil haram.
Selain menuntut ilmu di masjidil haram, ada juga pekerja yang menuntut ilmu
bersma da’i dari Indonesia yang ditugaskan oleh Markaz Da’wah wal Irsyad Saudi
Arabia.
Menarik
juga untuk diketahui, para pelajar dari Indonesia membentuk sebuah organisasi untuk
berbagi ilmu dan menyambung ukhuwwah, yang dinamakan dengan Forum Pelajar
Indonesia Makkah Mukarromah (FORPIM). Forum ini diketuai oleh Abdurrahman
As-Sundawy, pelajar asal Jawa Barat yang saat ini menimba ilmu di Ma’had Harom
dan wakil ketuanya Abdur Rozzaq, pelajar asal Lombok Tengah yang saat ini juga
menimba ilmu di Ma’had Harom.
Penulis : Sahlan Rafiqi Mashal, alumnus PPMI Assalaam Surakarta 2008 dan penuntut ilmu di tanah suci
Tidak ada komentar:
Posting Komentar